Ajaib, TERAPI MENULIS Bisa Membantu Mengusir Penyakit Akut & Kronis

Menulis itu adalah sebuah ekspresi. Menulis juga bisa mengukuhkan eksistensi diri. Karenanya, banyak manfaat yang bisa kita petik dengan menulis. Tak sedikit orang-orang sakit yang sakit kronis dan akut menulis buku, dan ajaibnya, kemudian mereka sembuh !

MANFAAT MENULIS

  1. Menurunkan depresi. Dalam Jurnal Psikologi UGM pernah dituliskan bahwa Terapi Menulis Pengalaman Emosional merupakan sarana bantu diri yang terbukti efektif menurunkan depresi.

Penurunan depresi terjadi karena menulis pengalaman emosional membantu memfasilitasi subyek  untuk melihat dirinya lebih utuh. Yaitu mengevaluasi, menganalisis, dan menilai kembali kejadian-kejadian menekan yang dialaminya sehingga subyek mendapatkan suatu pemahaman yang lebih baik. Selain itu, juga membantu mengembangkan suatu solusi, memotivasi diri, menerima keadaan yang ada, belajar dari apa yang dialami, memusatkan pemikiran pada hal-hal yang positif, dan menilai hal-hal positif dari suatu kejadian.

Menurut Julianto Simanjuntak, ahli Layanan Konseling Keluarga, dalam dunia konseling, menulis itu membantu klien pulih dari masalah emosi negative mereka. Menulis juga laksana memberikan anti-septik bagi hati yang masih terluka. Dan keterbukaan – menuliskan apa adanya meski itu memalukan – itu memulihkan.

  1. Mengurangi dan melepaskan stres. Tidak semua orang bisa berungkap kata dengan baik. Ada yang kurang percaya diri, namun ada pula yang tidak pandai bertutur kata dan mengekspresikan diri. Disisi lain, ada orang yang lebih senang untuk menyendiri, dan menikmati kesendiriannya. Nah, disinilah Terapi menulis bisa membantu orang melampiaskan emosi. Ya, menulis sangat dipercaya sebagai cara murah dan kuno untuk melampiaskan stress dan perasaan seseorang.
  1. Membantu kesembuhan sejumlah penyakit non medis. Menulis, sangat diisarankan untuk orang yang sedang mengalami depresi, gangguan adaptasi, gangguan kecemasan sosial, gangguan kepribadian, psikosomatis, gangguan tidur, sekolah dan masalah dengan perhatian dan konsentrasi.
  2. Mempercepat kesembuhan. Riset terbaru mengindikasikan, menulis masalah dapat memperbaiki system imun dan mempercepat sembuhnya luka.Studi asalUniversity of Auckland tersebut menemukan, luka di kulit sembuh tiga kali lebih cepat pada mereka yang menuliskan pengalaman traumatisnya dibandingkan dengan mereka yang hanya menuliskan aktivitas hariannya.

Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa tulisan ekspresif bisa menyembuhkan stres, yang pada gilirannya meningkatkan system kekebalan tubuh. Hormon stress dapat mengganggu tidur, menyebabkan penurunan sel system kekebalan tubuh. Dalam tidur juga penting untuk meningkatkan penyembuhan luka.

  1. Meningkatkan produktivitas. Menulis juga bisa dijadikan terapi bagi orang yang kurang produktif dalam bekerja akibat lelah mental. Dengan menulis, dan menuliskan semua yang ada di dada dan dikepala, maka otak jadi ringan, dan dada jadi lebih lapang. Setelah stres hilang, kita pun bisa bekerja kembali dengan produktif.
  1. Back up dalam menuliskan medical record versi pasien. Mencatat track layanan pengobatan dan terapi sudah dijalani dengan lebih rinci, tak ada salahnya dilakukan. Apalagi bila sejak awal kita agak ragu dengan hasil diagnosis dokter. Catatan atau tulisan ini tentu saja bisa dijadikan bukti, pengingat, sekaligus juga mencegah dari layanan mal praktek di kemudian hari yang tidak menutup kemungkinan terjadi.
  1. Media berbagi. Dengan menulis, diiharapkan kemudian dapat bermanfaat untuk orang lain yang mengalami penyakit / penderitaan yang sama. Informasi-informasi yang selama ini kita catat dan kita kumpulkan, insya Allah akan bermanfaat untuk orang lain.
  1. Bisa jadi buku dan media inspirasi.Bila memungkinkan dan tidak keberatan, tulisan-tulisan itu bisa dikumpulkan dan dibukukan. Jangan berpikir bagus tidaknya isi dan sistematika tulisan itu. Editor buku dari penerbitlah yang akan membantu mengemas dan menjadikan tulisan itu berisi, bermakna dan bermanfaat untuk sesama.

TERAPI MENULIS

  1. Tuliskan saja. Ambil kertas kosong, buku harian, atau buat blog gratis. Tuliskan sesuatu. Biarkan tulisan itu mengalir apa adanya. Jangan lihat bagus atau tidaknya. Jangan pula lihat sempurna tidaknya, atau sistematis tidaknya. Yang penting, tulis saja. Apa saja. Tumpahkan saja apa adanya semuanya.

Tuliskan juga semua pengalaman-pengalaman dan emosi-emosi negatif seperti pengalaman yang membuat sedih atau marah. Juga pemikiran-pemikiran yang muncul ketika menulis.

  1. Tuliskan apa pun yang ingin dituliskan. Diluang waktu, tuliskan lagi tentang apa pun. Bisa dimulai dari diagnosis dokter, pengobatan yang sedang dilakukan, beragam obat yang harus dikonsumsi, sejumlah terapi yang harus dijalani, sampai beratnya harus membayar seluruh biaya pengobatan.
  1. Makin banyak dan makin rutin, makin bagus. Makin banyak yang dituliskan justru itu makin bagus tercurahkan. Juga makin rutin menukis itu makin bagus.
  1. Menulislah di rumah. Sangat disarankan bila terapi menulis itu dilakukan sendiri di rumah sendiri. Insya Allah akan lebih baik hasilnya.
  1. Boleh juga ungkapkan dengan Mind Mapping. Bagi yang sulit mengungkapkan dengan bahasa tulisan, maka bisa diubah dengan menuliskan peta pikiran (mind mapping) kita.
  1. Lihat sisi humanisnya. Tuliskan juga sisi humanis dari diri kita selama berobat, keramahan perawat dan kepedulian dokter yang merawat kita, kesabaran tukang pel di rumah sakit, repotnya pengobatan rawat jalan dan di rumah, hingga informasi-informasi di dunia maya yang menakutkan, satu sama lain yang berbeda dan bertentangan.
  1. Niatkan untuk berbagi pengalaman. Dari sisi sosial, kita pun bisa berbagi pengalaman mana obat atau metodologi pengobatan yang dirasakan lebih tepat. Agar orang lain (atau masyarakat) yang kemudian membaca bisa memetik pengalaman berharga dari kita. Juga agar mereka tidak mengulang kesalahan-kesalahan yang sempat kita lakukan.
  1. Pelihara catatan itu. Dan bagikan ke sesama. Bisa di-foto copy, bisa di-emai, bisa di share di blog gratisan atau media sosial, bisa juga dijadikan buku sebagai sebuah pengalaman berharga dalam berobat dan mencari kesembuhan.

Dalam sejumlah kasus nyata di lapangan, sudah banyak pasien yang sakit akut dan kronis bisa sembuh dengan menulis. Salah satu buku yang menguluas ini ditulis oleh penulis terkenal Jonru dan seorang praktisi medis dr. Dito Anuroho dalam bukunya “Sembuh dan Sukses denganTerapi Menulis (Buku karya Jonru& dr. Dito Anuroho) bersama 92 PenulisInsya Allah, buku ini bermanfaat adanya.

00000

Sumber :health.kompas.com, http://www.centroone.com;Jurnal Psikokogi Volume 38, No. 1, Juni 2011: 92 – 107 Fak. Psikologi UGM;www.portalkbr.com, dan dari berbagai sumber.

 

Dear Penulis Jaman Now, Ketahuilah 8 Catatan Terpenting Ini Sebelum Menulis….

Sebenarnya, bagi penulis jaman kiwari atau jaman now, menjadi penulis itu relatif lebih mudah belajarnya dibandingkan dengan masa jaman era tahun 80-an. Sumber belajarnya sekarang mah banyak banget. Mulai dari medsos dan grup medsos, sampai komunitas para penulis dengan segala acara copy darat, seminar, workshop dan coaching clinic-nya.

Yant terpenting asal mau saja, memulai saja dan punya komitmen kuat dan keinginan besar untuk membiasakan menuangkan ide and gagasan melalui tulisan atau bahasa gambar di Instagram. Jangan salah, bahasa gambar yang bagus di Instragram misalnya, kalau dikompilasi bisa jadi buku lho. Dan sekarang makin banyak, buku-buku psikologi populer atau buku-buku pengembangan diri, karakter hingga buku panduan bisnis praktis dengan bahasa gambar ala Instagram.

Nah kembali ke soal awal menulis di jaman now, setidaknya ada 8 catatan terpenting yang membedakan antara Orang Biasa dan Pembelajar Sejati saat ia menulis… Dan ini wajib diketahui !

#1.Bagi Orang Biasa, menulis itu sulit. Katanya diperlukan bakat khusus untuk menulis. Sebaliknya, yang diperlukan bagi Pembelajar Sejati untuk menulis hanyalah kesungguhan untuk mencoba dan memulainya.Ya, tuliskan saja dan biarkanlah saja ide itu mengalir ke samudra makna…

Untuk bisa menulis yang mungkin diperlukan bukanlah suatu “bakat” istimewa, tetapi lebih pada keinginan dan minat yang besar untuk mau belajar dan membangun kebiasaan menuangkan gagasan lewat tulisan. *** Andrias Harefa ***

#2. Orang Biasa berkeyakinan, tidak semua orang bisa menulis. Sementara Pembelajar Sejati punya prinsip, dibutuhkan keberanian mulai menulis untuk jadi penulis. Menulis bukan hal yang sulit dilakukan. Coba saja untuk menumpahkan ide di kepala kepada tulisan (dengan isi jiwa dan keimanan). Itu saja. Dan sederhana itu, koq !

Jangan pernah berambisi dalam menulis langsung jadi tulisan yang sempurna. Hindarilah ambisi itu, yang terpenting tuangkanlah ide-ide Anda dalam tulisan, keluarkanlah dan jangan sampai hilang. *** Andrias Harefa ***

#3.Bila Orang Biasa menulis, mereka mengupayakannya agar Pembaca senang, kagum dan buku-nya best seller. Sementara Pembelajar Sejati bila menulis, mengupayakan agar pada Pembacanya terinspirasi, menyadar ifitrahnya, mensyukuri karunia-Nya, kreatif dan bertekad mengupayakan perubahan diri dan beraksi : mengubah keadaan.

Penulis-penulis yang melahirkan karya besar umumnya adalah “penulis pembelajar” yang tidak pernah menulis buku dengan niatan menulis buku best-seller, tapi best book. *** Andrias Harefa ***

#4.Orang Biasa mudah terhanyut dan merasa kagum pada apa yang dipaparkan Penulis terkenal. Sementara Pembelajar Sejati merasa bersyukur, ada Penulis yang menuliskan percikan karunia-Nya dan memberikannya kedalaman makna.

Jangan berharap tulisan Anda akan menyentuh hati pembaca, Jika karya itu tak bisa mengkhampiri hati Anda sendiri. Dan jangan pernah berharap karya Anda akan mengubah perilaku orang lain, jika tulisan Anda hanya gagasan semata, jauh dari perilaku Anda… *** Andrias Harefa ***

#5.Orang Biasa meyakini, ide bisa datang tak diundang kapan saja setiap saat. Pembelajar Sejati justru tertantang – menjadi suatu keasyikan tersendiri – saat mencari, menemukan dan menggali ide itu sendiri.Untu kitu perlu petualangan…!

#6.Orang Biasa senang mengajarkan bagaimana menulis ikhtisar riwayat hidup / resume yang baik. Sedang Pembelajar Sejati mengajarkan bagaimana membuat rencana tertulis (blueprint, proposal yang menjual) untuk pengembangan profesi, karir, bisnis dan investasi.

Penulis yang baik tidak pernah menulis. Sebuah konsep yang sederhana jadi rumit, sebaliknya justru mampu menyederhanakan konsep-konsep yang rumit. *** AndriasHarefa ***

#7.Bagi Orang Biasa, menulisfiksi adalah mengarang dengan khayalan, agar mampu menghibur pembacanya. Tidak begitu bagi Pembelajar Sejati. Menulis fiksi itu perlu berpikir serius, punya tanggungjawab moral, memberikan pencerahan bagi pembacanya, dan karena itu harus cerdas.

Intinya, dalam bahasan ini, kita akan mendapat perolehan (ilmu, inspirasi, fasilitas, dukungan, motivasi, manfaatnyata) danpendapatan (finansial, material, uang), bila kita menanamkan pembelajaran, kearifan, pengetahuan, i’tibar dan adab. Ringkasnya :

Tanamlah Learning,

Kau ‘kanDapat Earning !!!

#8.Tulisan yang baik dan benar bukanlah tulisan yang menghibur, namun lebih pada tulisan yang mencerahkan, menginspirasi, dan mendekatkan pembaca dan penulisnya pada Illahi. Dan semua itu harus dimulai dari niat yang lurus, hati yang bersih. Karena hati, hanya bisa disentuh dengan hati.

You are what you’re think.

You are what you’re feel.

You are what you’re read.

You are what your act.

Take action, take it higher and over the top !!

Rasulullah SAW bersabda :

Ya Allah, rahmatilah khalifah-khalifahku”

Para sahabatmenjawab, “YaRasulullah, siapakah khalifah-khalifahmu?”

Beliaumenjawab, “Orang-orang yang datang sesudahku,

mengulang-ngulang hadist-hadist dan sunahku

dan mengajarkannya kepada orang-orang sesudahku”.

(HR Aridha)

*****

MENULISLAH DENGAN HATI, Karena Hati Hanya Bisa Disentuh Dengan Hati…

Menulis bagi orang biasa, itu pekerjaan yang berat, susah, serius

Dan menyita energy pikikan yang cukup banyak.

Padahal menurut insane pembelajar, menulis itu menyenangkan, menyembuhkan

dan media untuk mengekspresikan diri.

Karenanya, yang diperlukan hanyalah kesungguhan.

 

Saat saya menulis, begitu banyak sensasi yang ingin tercurahkan dalam deretan kata dan tulisan. Kadang, saat membacanya lagi ada semacam kepuasan telah mampu mengabstrasikan seluruh pendapat dan pandangan yang tersimpan selama ini di dada dan di kepala saya. Mungkin saat itu sedang flow, sehingga kata-kata terhambur begitu saja. Dan kebetulan pas. Atau, ada yang pernah bilang saat kita flow maka seluruh kemampuan akan mengalir harmoni penuh kekuatan.

Namun kadang pula, setelah beberapa lama saat tulisan itu saya baca lagi, saya jadi malu sendiri. Koq nulis kayak gitu sih. Malu-maluin, tidak terstruktur !

Ah, apa pun itu, bagi saya pribadi, menulis itu lebih banyak manfaatnya dari pada tidak menuliskan apa yang kita temukan, apa yang kita dapat, dan apa yang kita impikan. Menulis itu bagai sebuah petualangan : penuh tantangan, mengasyikkan dan tetap harus maju sampai di tujuan.

Bagi saya pribadi pula menulis adalah terapi hati. Melatih untuk berperasaan lebih halus dan peduli, untuk pencerahan, untuk memahami diri sendiri, untuk memahami orang lain, dan juga untuk memahami lingkungan. Besar harapan saya sih, dengan menulis saya tengah berupaya mengaktualisasi diri. Menyalurkan ide, berpikir lebih mandiri dan kreatif, serta “mempublikasikan” semangat berbagi.Ya, setidaknya untuk melatih kemampuan diri untuk melihat fenomena dunia ini secara cerdas.

Disisi lain, dengan menulis saya pun mencoba untuk menghayati hidup dan kehidupan ini, sebagai bagian untuk mensyukuri atas karunia Allah SWT. Syukur-syukur memberikan inspirasi bagi orang lain. Atau siapa tahu sedikit banyak memberikan kontribusi dalam membangun peradaban dengan karya tulisan yang menggugah dan mencerahkan. Dan bukankah Allah telah menjanjikan bahwa Allah akan mengangkat orang-orang yang berilmu beberapa derajat?

Lebih jauh, idealisme saya adalah sedikit banyak ingin memberikan kontribusi dalam membangun peradaban dengan karya tulisan yang mencerahkan. Setidaknya untuk diri dan keluarga besar saya, untuk orang-orang yang saya cintai, dan untuk lingkar terkecil di seputar lingkungan di mana saya tinggal dan bergaul.

Sementara nilai-nilai dan sederet kata yang saya tuliskan di tulisan ini, kiranya akan mampu menjadi kekuatan pesan, yang senyatanya tidak hanya bisa disalurkan melalui sebuah buku. Tapi bisa disalurkan dalam sepucuk surat untuk orang yang kita cintai, sebait SMS, newsletter, webblog, obrolan keseharian, atau dakwah dan tausyiah.

Hanya saja, agar semua kata terekam dalam “keabadian”, adalah akan bernilai bila disampaikan dalam sebuah buku. Karena buku adalah prasasti makna dan keabadian.

Buku juga bisa kita jadikan sebagai warisan terbaik selain warisan yang berbentuk :

+ Ilmu yang bermanfaat,

+ Pengalaman yang mengesankan,

+ Visi yang jauh kedepan dan menggerakkan,

+ Inspirasi yang menghunjam kedalam hati,

+ Harta yang bermanfaat untuk kebaikan dan umat, dan

+ Nama baik yang membuat bersyukur orang yang telah dan pernah mengenal dekat dengannya.

Jadi, mari kita menulis dengan hati agar makna dalam tulisan itu jadi prasasti dan bernilai abadi.

Mandeg dan Merasa Tak Ada Kemajuan ?

Bagaimana Mengatasi KemandeganAnda merasa mandeg dan merasa tak ada kemajuan ? Ambil jarak dengan masalahnya. Kemandegan dalam bisnis dan kehidupan sebenarnya bisa diatasi dengan mudah. Mudah, bila kita tahu caranya.

Mandeg itu disebabkan oleh dua hal :

1. Trouble at the border. Mandeg adalah ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan atau yang tidak diinginkan tidak menjadi kenyataan.

2. Mandeg terjadi ketika kita merasa di titik “Dip”, yaitu merasa di lembah terendah, saat seseorang atau kita merasa maju tak bisa, mundur rasanya tak mungkin.

Bila kita merasa berada dalam masa kegelapan, ada baiknya kita nyanyikan saja lagu “Kegelapan” yang pernah dibawakan oleh Hari Moekti.

# KEGELAPAN

Gelap / Gelap terasa hidup ini
Seakan mendung
Sepanjang masa

Suram
Betapa suram hidup ini
Bila sinar terang
Menghalau mendung ini

Kegelapan yang datang
Tak mungkin selamanya
Pasti akan berakhir
Pasti akan berlalu (2x)

Namun, jangan sekali-kali beranggapan bahwa “Hidup ini Bagaikan Roda. Kadang diatas, dan kadang dibawah”. Jelas, ini pandangan dan keyakinan yang sesat ! Seharusnya, “Hidup ini terus berjalan, kadang ke atas, mungkin saja sedikit menurun, namun harus terus naik dan lebih baik lagi. Karena, kata Allah “bukankan nasib kita ini adalah sesuai prasangka hamba-Nya ?”

Sesungguhnya Allah berfirman: “Aku sebagaimana prasangka hambaku kepada-Ku. Aku bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku.” [HR.Turmudzi]

Jadi saat kita merasa dibawah, saat merasa dip, itu adalah bagian kehidupan kecil kita dan sementara, dan bukan seluruh kehidupan kita itu sendiri. Insya Allah kita akan naik dan lebih tinggi lagi.

CIRI DAN PERASAAN MANDEG

Mandeg sendiri punya sejumlah ciri :
– Ingin pindah posisi
– Hasil tak sesuai harapan
– Hasil tak sesuai investasi dan waktu yang telah diberikan
– Pendapatan flat, rata-rata terus tak naik-naik, omzet tak meningkat
– Tak ada sales, atau sales jelek
– Barang numpuk
– Kehilangan fokus
– Gosip dari karyawan semakin banyak
– Cari peluang lain

Bila kita punya perasaan-perasaan dibawah ini, tidak menutup kemungkinan kita ini sedang mengalami kemandegan :
– Tidak semangat
– Tidak bergairah
– Merasa tidak ada kemajuan
– Apatis
– Galau
– Frustasi

Rasa kemandegan itu bisa dikurangi, bahkan bisa kita atasi bila kita punya komunitas dimana kita bisa nyaman untuk berbagi. Dari berbagi itu kita bisa mendapat pendapat, masukan, atau wawasan atambahan. Atau setidaknya mengurangi rasa kemandegan, yang pada akhirnya diharapkan setelah ada perasaan ringan didada kita bisa mengambil jarak dan masalah kemudian bisa mengatasinya dengan cara-cara sendiri.

SOLUSI

Inilah cara atau teknik mengatasi kemandegan yang tentu saja harus kita jadikan sebagai tugas yang harus kita kerjakan dengan sungguh-sungguh.

1. MENERIMA sebagai sebuah kenyataan kehidupan, tak perlu disesali. Jika tidak menerima, siap-siap stroke mengancam. Ya, sekali lagi, menerima atau stroke ?

2. BERSYUKUR, agar kita bisa naik lagi.

Koq bersyukur ? Bersyukur itu meringankan tubuh. Ya, karena dengan bersyukur kita akan merasa menjadi lebih ringan dan akan lebih mudah untuk naik lagi.

Yakinilah sahabat bahwa :
 “Dip terjadi sebagai bentuk pesan dari Allah SWT bahwa ada yang belum saya ketahui dan perlu saya perbaiki dari DIRI SAYA dan dengan CARA-CARA SAYA”.
 “Apa pesan yang Allah sampaikan pada saya ?”

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu berkata, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(QS. 14:7)

3. Melepaskan diri dari KEMELEKATAN.

Baik itu kita merasa Dip atau pun kemelekatan, biasanya berkait dengan harta, cinta dan tahta. Ciri-cirinya, saat dikasih saran atau masukan, orang yang punya kemelekatan tinggi justru bukan berterimakasih namun menyanggah antara lain dengan berkata :
 “Kamu sih enak ngomong begitu”
 “Kamu kan tak merasakannya”

Lepaskan kemelekata itu. Jangan merasa “memiliki” atau “dimiliki”. Biarkanlah semua itu hanya titipan dan amanah dari Allah. Fokuskan pada masa depan, juga pada tindakan masa kini apa yang bisa mengubah dan mempengaruhi masa depan. Bukan pada bayangan atau pun kejayaan masa lalu.

4. BERTANGGUNGJAWAB

Yakini dan katakanlah sekarang,
“NASIB saya tidak akan berubah menjadi lebih baik, selama saya merasa bukan orang yang paling bertanggungjawab untuk memperbaikinya”

Mari kita ulangi pernyataan itu dengan mengganti “nasib” berutut-turut dengan “dompet”, “rekening”, “bisnis”, “karir”, “perilaku anak”, “keluarga”, “perilaku karyawan”, atau yang lainnya. Bacalah lagi pernyataan diatas mulai dengan “dompet” atau lainnya sesuai kebutuhan kita. Insya Allah, akan ada rasa lebih bertanggungjawab setelah kita membacakan dan meresapinya dengan sungguh-sungguh. Insya Allah !

Bila kita mandeg karena debt (hutang) misalnya, bisa jadi itu karena over spending (terlalu banyak pengeluaran), under earning (kurang pemasukan) dan unexpected event (banyaknya pengeluaran yang tak diduga, atau ikut investasi yang ternyata menipu).

5. MEMBERSIHKAN DIRI dari maksiat, rasa takut, pikiran kotor, dan kenegatifan lainnya.

Bersih-bersih, beban-beban itu harus dibuang. Ada ngak maksiat dalam diri, bisnis dan keluarga saya? Dalam bisnis, apakah akad, transaksi, prosesnya sudah bersih. Juga bersih dari hutang dan riba ?

Dengan bersih-bersih, badan itu jadi ringan. Singkronkan juga doa dengan tindakan. Jangan cari dalil atau alasan !

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka” (QS Ar Raad 13:11)

6. KEEP MOVING, push trough and find the light. Maju terus, sampai sukses !

Seperti kecoa yang terbalik badannya, kecoa akan terus bergerak untuk bisa membalikkan badannya. Bila tak bergerak, maka ia akan dikerubungi semut dan mati.

Begitu juga dengan ilmu bisnis, teruslah bergerak. Tidak hanya STARTING BUSINESS yang dibekali dengan tekad, optimisme dan rasa BERANI. Namun juga RUNNING, menjalankannya dan GROWING, menumbuhkembangkannya.

Teruslah bergerak. Perbanyak kontak, perluas jejaring, perbanyak juga “lead”. Cari terus ilmunya, cari inspirasi, dan cari solusinya.

7. Menetapkan TUJUAN untuk membantu orang lain.

Apa pun tujuan itu, harus dilandasi sebagai bentuk ibadah hanya kepada Allah SWT dan diberikan manfaatnya ke sebanyak-banyaknya orang lain. Tidak hanya untuk keluarga sendiri, namun juga saudara, tetangga kita dan orang lain yang bisa kita berikan.

Life and Biz is helping others.

8. Temukan PENDORONG yang lebih kuat.

Energi Pendorong yang paling rendah untuk keluar dari kemandegan adalah HARTA, CINTA dan TAHTA. Energi Menengah untuk keluar dari kemandegan adalah energi yang bersifat maknawiah atau emosional.

Agar lebih cepat, lebih efektif dan bersifat permanen keluar dari jurang kemandegan, gunakan ENERGI SPIRITUAL, kekuatan ruhiah. Insya Allah, “I will be unstoppable” hingga malaikat-malaikat di surga nanti akan berkata kepada kita “Salamun ‘alaikum bima shabartum”, keselamatan atasmu berkat kesabaranmu.

Contoh :
 “Saya punya tanggungjawab terhadap karyawan-karyawan saya dan keluarga mereka”.
 “Saya sedang mempertaruhkan nama baik, reputasi dan kredibilitas saya”
 “Saya ingin, anak-anak dan istri saya bangga punya ayah dan suami yang bisa senantiasa menginspirasi mereka, meski saya sudah tiada”.
 “Saya ingin mensosialisasikan Thibbun Nabawi ke masyarakat di Cianjur, Jawa Barat dan Indonesia”
 “Saya ingin mengganti masyarakat yang berobat beralih dari produk non halal ke produk yang telah terjamin kehalalannya”
 “Saya ingin membantu masyarakat bahwa berobat dan menjaga kesehatan itu mudah, murah, aman, tanpa efek samping, alami, dan halal sesuai syariah.”
 “Saya ingin jaringan “toko herbal alami – sehat alami cara nabi” ini menyebar ke seluruh Indonesia, dan menunjukkan pada masyarakat dunia bahwa Thibbun Nabawi itu jauh lebih baik, lebih murah, lebih unggul, terpercaya dan jauh lebih efektif.

9. Temukan CARANYA

Masalah bisnis, finance, atau pun kehidupan, ada cara dan jalan keluarnya. Jadilah master, yaitu yang menguasai.

Penting untuk diyakini :

 Penghasilan saya ditentukan oleh MANFAAT (value) yang bisa saya berikan dan diterima oleh orang-orang yang membutuhkan produk / jasa yang saya hasilkan.

 Penghasilan saya ditentukan oleh JUMLAH orang yang menggunakan produk / jasa yang saya hasilkan.

Rasulullah bersabda “Khairunnas anfa’uhum linnas“. “Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)

PR : Bagaimana mendatangkan lead atau crowd ?

10. Cari dan kuasai TOOLS-nya

Dapatkan sejumlah alat bantu yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif dan terbukti telah mendatangkan kebaikan dan kemajuan.

11. Kuasai KETERAMPILANNYA dan perhatikan LANGKAHNYA

Jangan buru-buru “membajak” ahli. Kuasai dulu seluruh prosesnya, mulai dari selling, recruitment and development, finence hingga operation. Baru kemudian merekrut orang profesional.

12. KEEP LEARNING, karena :

 Stage (starting, running, growing) sudah berubah.
 Lanscape dan peta persaingan bisnis mungkin sudah berubah
 Regulasi dari pemerintah sudah berubah, dll., dst….

13. DISIPLIN

Jangan tergoda peluang bisnis lain, starting lagi. Gagal, starting lagi…. Wah, kapan nyampenya ?

14. It’s Time to be COACHED

Tidak semua orang bisa dilatih. Ada yang sudah merasa penuh gelasnya, sudah merasa hebat dan profesional, ada juga yang merasa sudah berpengalaman dan dia sanggup mengatasinya sendiri. Celakanya lagi, ada orang yang menggantungkan dirinya pada coach-nya, namun ia sendiri tidak mau merubah diri. Aduh, celaka ini mah…

Karenanya, jadilah pribadi yang open mind, coachable, dan mencintai ilmu. Bila mau investasi misalnya, investasikan waktu terlebih dahulu untuk melihat reputasi dan kredibilitasnya, dan kemudian pilih hanya untuk bisnis dan investasi yang jelas yang dikelola oleh orang profesional.

Dan terakhir, TIME TO ACT. Right here, right now !

Sumber : Artikel kecil diatas ini didedikasikan untuk para insan pembelajar Edumainers dimana pun berada. Materinya disarikan sebagai oleh-oleh dari seminar “Strategi Mengatasi Kemandegan Bisnis dan Kehidupan” yang langsung dibawakan oleh Samsul Arifin, penulis buku “27 Jurus Jitu Meraih Impian” di Gedung Pos Jl. Banda Bandung, 19 April 2013. Insya Allah bermanfaat.

Bermain dengan Risiko dan Kegagalan

Tak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah.
Dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(QS  at Taghaabun : 11)

Resiko itu selalu ada. Kekalahan itu biasa. Kesalahan itu manusiawi. Kerugian itu wajar. Ketakutan itu normal. Dan kegagalan itu hanyalah bagian dari proses sukses saja.

Hanya saja, seringkali kita tidak memiliki sikap terbaik bila kita dihadapkan pada apa yang dinamakan resiko, kekalahan, kesalahan, ketakutan, kerugian maupun kegagalan. Seringkali dengan cara pandang (mindset) yang berbeda, kita akan mendapatkan respon, aksi dan hasil yang berbeda pula.

Untuk itu, marilah kita membiasakan diri untuk menempatan resiko hingga kegagalan, dengan lebih bijak, lebih asertif dan lebih “enerjik”. Mari kita lihat satu persatu.

BILA MERASA TAKUT, PECUNDANG ATAU ORANG PESIMIS AKAN BERKATA,
“CARI AMAN. JANGAN AMBIL RESIKO”.
SEMENTARA ORANG YANG BERMENTAL JUARA, ORANG SUKSES
ATAU PEMENANG, BILA MERASA TAKUT, IA BERPRINSIP :
“PAKAI OTAK. DAN PELAJARI CARA MENANGANI RESIKO !”

1. Pada saat Pecundang menghindari resiko, atau terlalu takut pada resiko, Pemenang malah senang belajar untuk berani mengambil dan mengelola resiko.

2. Untuk maju, Pecundang kadang merasa perlu untuk bersikap sebagai penjudi. Sementara bagi Pemenang untuk maju, ia siap bersedia mengambil resiko yang telah diperhitungkan.

3. Pecundang cepat membuat keputusan yang beresiko besar. Sementara Pemenang, berani mengambil resiko yang sudah diperhitungkan dengan baik (matang).

4. Pecundang seringkali bertanya, “Apakah ada jaminannya, bahwa itu akan berhasil dan sukses?” Sementara Pemenang justru bertanya sebaliknya pada diri sendiri, “Apakah saya yakin sepenuhnya, bahwa itu akan berhasil baik ?”.

Rasulullah saw bila menghadapi suatu dilema (situasi yang sukar dan membingungkan), beliau shalat.
(HR Ahmad)

5. Pecundang membayar untuk menanggung resiko. Pemenang justru sebaliknya, ia justru dibayar untuk menanggung resiko.

6. Kesulitan bagi seorang Pecundang tetaplah kesulitan. Ia juga berarti kesusahan, sesuatu yang beresiko atau pun hal yang bisa mendatangkan masalah lain. Sementara bagi seorang Pemenang, kesulitan adalah masalah yang menantang, misteri yang menyembunyikan peluang, dan sungguh nikmat saat ia mampu menganggapnya sebagai sebuah petualangan.

7. Dengan masalah yang sama, sementara Pecundang berkata “Resiko terburuk saya jatuh miskin untuk selamanya”, Pemenang akan mengatakan hal yang berbeda ”Mungkin saja saya jadi bangkrut untuk sementara”.

PECUNDANG BELAJAR DARI KEKALAHAN. PEMENANG BELAJAR SETIAP SAAT,
BAIK SAAT MENANG MAUPUN PADA SAAT KALAH.

8. Pecundang bersikap “hidup-mati” pada kekalahan dan kemenangan. Pemenang lebih “apik”. Ia bersikap netral : tak ada pikiran-pikiran emosional, baik sedang menang maupun kalah. Baginya, ia harus selalu memecahkan rekor atas prestasi dirinya sendiri.

9. Pecundang berfokus diri untuk memenangkan “pertandingan”. Sementara Pemenang berfokus untuk selalu berpikir : membuat keputusan dan tindakan yang efektif !.

10. Pecundang juga seringkali berlaga arif. Katanya, “Kekalahan dan kegagalan itu biasa”. Padahal kalah dan gagal harus membuat orang lebih cerdik, semakin pandai & bertekad, “Ini hanya sebuah proses, aku tengah menuju sukses” !

PECUNDANG TERLALU TAKUT MELAKUKAN KESALAHAN, DAN GAGAL. PEMENANG JUSTRU TAKUT TIDAK PERNAH MENCOBA, TIDAK PERNAH BELAJAR DAN TERJUN MELAKUKAN PEMBELAJARAN !

11. Pecundang tak jarang tergoda, bahwa mundur ‘selangkah’ itu tabu. Padahal, dalam kondisi yang sama, Pemenang akan merasa “Mundur selangkah bukan berarti kalah”.

12. Tak sedikit orang kebanyakan merasa, bahwa kesalahan itu tabu. Sementara Pemenang akan berkata, “Berpikirlah konstuktif. Kesalahan itu proses pendewasaan emosional menuju sukses”.

13. Seringkali Pecundang menak-nakuti orang lain, dengan kata-kata yang kurang manusiawi dan agak sarkastik, “Jangan melakukan kesalahan, dan kebodohan”. Padahal, cukup katakan saja, “Just Do It !!!”

14. Bagi Pecundang, kekalahan juga itu aib. Padahal, semestinya kita mengatakan pada diri sendiri “Meski kalah, toh saya sudah melakukan yang terbaik – jauh lebih baik dari penampilan (prestasi) saya sebelumnya”.

Sistem sekolah kita menghukum anak-anak yang melakukan kesalahan.
Namun, bila anda melihat cara kita belajar, kita belajar dari kesalahan kita.
• Robert T. Kiyosaki

PECUNDANG SANGAT TAKUT RUGI.
PEMENANG, TIDAK SUKA RUGI, DAN TIDAK TAKUT RUGI !
( BEDA ‘KAN RASANYA ? )

15. Pecundang bermitos, “Resiko mengarah pada kerugian dan kekalahan”. Padahal bagi Pemenang, resiko itu justru akan memperkaya kepada kebijaksanaan dan penggalian iptek.

16. Bagi Pecundang untung diartikan kemenangan, dan rugi identik dengan kesalahan. Padahal menang atau kalah adalah “pengalaman berharga”, itu hanyalah bagian dari “permainan”.

17. Pecundang akan berhenti bila rugi. Prinsip Pemenang, beda : “Dengan kecerdasan, harus kuketahui kapan harus berhenti, dan bagaimana pula saran Pembimbingku ?”

18. “Kerugian itu memalukan”, kata Pecundang. Respon Pemenang tentu saja lain, ia tidak malu untuk mengatakan, “Kali ini, saya merasa rugi”.

“APAPUN ITU, KETAKUTAN ITU SELALU ADA, WAJAR DAN MANUSIAWI”. BENARKAH ITU DEMIKIAN ?
GIMANA KALAU DIBALIK PADA HAL YANG LEBIH POSITIF, “APAPUN ITU,
FAKTANYA BIASAKANLAH MELAKUKAN APA YANG KITA TAKUTI !”

19. Sepintas bijak dan arif, bila kita mendengar, “Hadapi tantangan dengan lebih berani dan lebih positif”. Padahal ini hanya permainan kata-kata. Sepertinya ada ketakutan yang dibalut dengan kata-kata indah. Gimana kalau kita lihat dari sisi lain yang lebih mencerahkan ? “Berlatihlah menyelesaikan masalah !” Problem adalah peluang tersembunyi.

Orang yang bahagia ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah dan orang bila terkena ujian dan cobaan dia bersabar. (HR Ahmad dan Abu Dawud)

20. Pada saat Pecundang berwanti-wanti untuk jangan sekali-kali untuk menghindari kekecewaan, Pemenang malah menegaskan, “Hadapi saja dengan belajar menghadapi kekecewaan, atau bersiaplah untuk kecewa !”.

Barangsiapa dikaruniai Allah kenikmatan, hendaklah dia bertahmid (memuji)
kepada Allah, dan barangsiapa merasa diperlambat rezekinya hendaklah ia
beristighfar kepada Allah. Barangsiapa dilanda kesusahan dalam suatu masalah,
hendaklah mengucapkan, “Laa haula wa Quwwata illa billahi Al’aliyyil Al’adhim,”
(Tiada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan bantuan
Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar)”.
(HR Baihaqi & Arrabii)

21. Ketika Pecundang menganggap, bahwa kekecewaan itu biasa…, Pemenang malah akan mengatakan bahwa, “Kekecewaan bagi saya membuat saya semakin pandai dan bertekad, “Dengan ijin Allah, akan saya buktikan !’”.

22. Pecundang bila mengalami kekecewaan, ia akan menganggap kekecewaan itu utang yang berdampak jangka panjang. Sementara bagi Pemenang, “Kekecewaan itu asset untuk amal dan media untuk melatih kesabaran, juga landasan sekaligus jadi alasanku untuk bertumbuh kembang !”.

Ada tiga hal yang termasuk pusaka kebaikan, yaitu :
merahasiakan keluhan, merahasiakan musibah
dan merahasiakan sodaqoh (yang kita berikan).
(HR Athabrani)

23. Kata Pecundang, ketakutan itu wajar dan manusiawi. Ah, apa lagi ini ? Senyatanya – dan ini diyakini Pemenang – justru rasa takut itu sendiri yang perlu ditakuti !

24. Karena takut, Pecundang mementingkan rasa aman dan kejelasan. Dengan masalah yang sama, bila Pemenang merasa takut ia akan lebih mementingkan kebebasan, kekuatan pilihan (kemampuan memilih) dan petualangan.

25. Bagi Pecundang, rasa aman dari ketakutan adalah yang utama. Padahal bagi Pemenang, kebebasan jelas memerdekakan jiwa.

26. Rasa takut seorang Pecundang akan mengalahkan atau memudarkan ambisinya. Sementara bagi seorang Pemenang, justru karena rasa takut itu ia akan mempertahankan nyala api tekadnya dalam hati.

27. Pecundang takut pada ancaman, sekaligus ia pun khawatir dengan kelemahan yang dimilikinya. Sementara Pemenang ia memfokuskan dirinya pada pemanfaatan kesempatan diatas kekuatannya.

28. Karena takut rugi, malu dan terhina, maka Pecundang mendisiplinkan diri. Sementara Pemenang, ia akan mendisiplinkan dirinya karena sadar ia harus melakukannya, terlepas ia menyukainya ataupun tidak menyukainya.

29. Pecundang suka melepaskan diri dari kesulitan. Untuk kasus yang sama, Pemenang berupaya maksimal untuk berpikir ulang !.

Barangsiapa memperbanyak istighfar,
maka Allah akan membebaskannya dari kedukaan
dan memberinya jalan keluar bagi kesempitannya,
dan memberinya dari arah yang tidak diduga-duganya.
(HR Abu Dawud)

30. Kata Pecundang, orang jadi miskin karena takut dan bodoh. Sementara, pendapat Pemenang, orang jadi miskin karena tidak berani dan tidak cerdik.

31. Pecundang akan mengatakan, kehidupan ini tidak ada yang pasti. Sementara Pemenang akan memaknai dengan cara yang lebih konstruktif, “Kita harus berani “memastikan” & memperjuangkan apa-apa yang pantas kita raih”.

Barangsiapa takut kepada Allah, maka Allah menjadikan segala seuatu takut padanya.
Barangsiapa tidak takut kepada Allah,
maka Allah menjadikannya takut kepada segala sesuatu.
(HR Al Baihaqi)

BAGI PECUNDANG KEGAGALAN ADALAH KERUGIAN,
ATAU SUKSES YANG TERTUNDA.
INI KEBOHONGAN TERBESAR YANG SERING DISEBARLUASKAN
PADA ORANG KEBANYAKAN.
SENYATANYA, KEGAGALAN BAGIAN DARI PROSES MENUJU KEBERHASILAN.
TAK ADA KEGAGALAN. YANG ADA HANYALAH HASIL SEMENTARA.
DAN GAGAL ITU HANYA BERLAKU BAGI ORANG YANG TAK LAGI MENCOBA.
ATAU TIDAK ADA KEBERANIAN UNTUK MENCOBA !